Sumatera Barat




Sejarah:
Di pelosok desa Mahat, Suliki Gunung Mas, Kabupaten lima puluh kota banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Bukti arkeologis yang dite­mukan di atas bisa memberi indikasi bahwa daerah Lima Puluh Kota dan sekitarnya merupakan daerah pertama yang dihuni oleh nenek moyang orang Minangkabau. Penafsiran ini ber­alasan, karena dari luhak Lima Puluh Kota ini mengalir beberapa sungai besar yang bermuara di pantai timur pu­lau Sumatra. Sungai-sungai ini dapat dilayari dan memang menjadi sarana transportasi yang penting dari zaman dahulu hingga akhir abad yang lalu.
Nenek moyang orang Minang­kabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari daratan Asia (In­dochina) mengarungi Laut Cina Selatan, menyeberangi Selat malaka dan kemudian melayari Sungai Kampar, Sungai Siak dan Sungai Inderagiri. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta per­adaban di wilayah LUHAK NAN TIGO (Lima puluh kota, Agam, Tanah datar) sekarang.
Percampuran dengan para penda­tang pada masa-masa berikutnya me­nyebabkan tingkat kebudayaan mere­ka jadi berubah dan jumlah mereka ja­di bertambah. Lokasi pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka merantau ke berba­gai bagian Sumatra Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke utara, menuju Lubuk sikaping, Rao, dan Ophir. Sebagian lain pergi ke arah selatan menuju Solok, Sijunjung dan Dharmasraya. Banyak pula di antara me­reka yang menyebar ke bagian barat, teruta­ma ke daerah pesisir, seperti Tiku, Pariaman, dan Painan.

Geografi:
Sumatra Barat terletak di pesisir barat di bagian tengah pulau Sumatra yang terdiri dari dataran rendah di pantai barat dan dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Provinsi ini memiliki daratan seluas 42.297,30 km² yang setara dengan 2,17% luas Indonesia. Dari luas tersebut, lebih dari 45,17% merupakan kawasan yang masih ditutupi hutan lindung. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 2.420.357 km dengan luas perairan laut 186.580 km².
Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim Sumatra Barat secara umum bersifat tropis dengan suhu udara yang cukup tinggi, yaitu antara 22,6 °C sampai 31,5 °C. Provinsi ini juga dilalui oleh Garis Khatulistiwa, tepatnya di Bonjol, Pasaman. Di provinsi ini berhulu sejumlah sungai  besar yang bermuara ke pantai timur Sumatra seperti batang hari, siak, inderagiri (disebut sebagai batang kuantan di bagian hulunya), dan kampar. Sementara sungai-sungai yang bermuara ke pesisir barat adalah batang anai, batang arau, dan batang tarusan.
Terdapat 29 gunung yang tersebar di 7 kabupaten dan kota di Sumatra Barat, dengan Gunung Kerinci di Kabupaten Solok Selatan sebagai gunung tertinggi, yang mencapai ketinggian 3.085 m. Selain Gunung Kerinci, Sumatra Barat juga memiliki gunung aktif lainnya, seperti Gunung Merapi, Gunung Tandikat, dan Gunung Talang. Selain gunung, Sumatra Barat juga memiliki banyak danau. Danau terluas adalah Singkarak di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, disusul Maninjau di Kabupaten Agam. Dengan luas mencapai 130,1 km², Singkarak juga menjadi danau terluas kedua di Sumatra dan kesebelas di Indonesia. Danau lainnya terdapat di kabupaten Solok yaitu Danau Talang dan Danau Kembar (julukan dari Danau Di Atas dan Danau Dibawah).

Ekonomi:
-Pertanian Pada triwulan IV-2012, sektor pertanian  mengalami pertumbuhan relatif tinggi, didorong oleh menggeliatnya subsektor tanaman bahan makanan. Di triwulan ini pertumbuhan sektor pertanian mencapai 4,14%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,05%. Kinerja sektor perkebunan yang cukup baik pada tahun 2012, telah menopang pertumbuhan industri pertanian sebesar 4,07%.
-Industri Pengolahan Sumatra Barat didominasi oleh industri skala kecil atau rumah tangga. Jumlah unit industri sebanyak 47.819 unit, terdiri dari 47.585 unit industri kecil dan 234 unit industri besar menengah, dengan perbandingan 203: 1. Pada tahun 2001 investasi industri besar menengah mencapai Rp 3.052 miliar, atau 95,60% dari total investasi, sedangkan industri kecil investasinya hanya Rp. 1.412 miliar atau 4,40% saja dari total investasi. Nilai produksi industri besar menengah tahun 2001 mencapai Rp. 1.623 miliar, yaitu 60 % dari total nilai produksi, dan nilai produksi industri kecil hanya mencapai Rp. 1.090 miliar, atau 40% dari total nilai produksi.
Untuk industri pengolahan semen, pada tahun 2012 Sumatra Barat telah memproduksi sebanyak 6.522.006 ton, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 6.151.636 ton. Sementara volume penjualannya pada tahun 2012 sebesar 6.845.070 ton, meningkat 10,20 % dibandingkan tahun lalu yang sebesar 6.211.603 ton.
-Pariwisata
Sumatra Barat memiliki hampir semua jenis objek wisata alam seperti laut, pantai, danau, gunung, dan ngarai. Selain itu pariwisata Sumatra Barat juga banyak menjual budayanya yang khas, seperti Festival Tabuik, Festival Rendang, permainan kim, dan seni bertenun. Disamping wisata alam dan budaya, Sumatra Barat juga terkenal dengan wisata kulinernya.

Pemerintahan:
Provinsi Sumatra Barat dipimpin oleh seorang Gubernur  yang dipilih dalam pemilihan secara langsung bersama dengan wakilnya untuk masa jabatan 5 tahun. Gubernur selain sebagai pemerintah daerah juga berperan sebagai perwakilan atau perpanjangan tangan pemerintah pusat di wilayah provinsi yang kewenangannya diatur dalam Undang - undang  nomor 32 Tahun 2004 dan Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2010.
Sementara hubungan pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten dan kota bukanlah sub-ordinat, masing-masing pemerintahan daerah tersebut mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

Wisata Alam:
-Lubuak Rantiang
-Pulai Pagang
Wisata Budaya:
-Jembatan Siti Nurbaya
-Istana Pagaruyung Batusangkar

 

Wisata Buatan:
-Lawang Adventure Park

-Alam Tonang

Oleh - oleh khas Sumatera Barat:
-Roti randang

-Karak kaliang


-Kain songket

-Pernak pernik

Something to do:
Padang ada Jembatan Siti Nurbaya. Jembatan yang namanya diambil dari cerita karangan Marah Rusli tersebut menawarkan pemandangan cantik Sungai Batang Arau. Di bawahnya pengunjung dapat melihat kapal kayu yang berlalu lalang dan sebagian bersandar. Menikmati matahari terbenam di Jembatan Siti Nurbaya sembari mengingat kisah cintanya yang legendaris pasti akan memberi pengalaman berbeda penyuka wisata budaya.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pandemi & Dilema Pendidikan